Ssumber : indonetwork.co.id |
Pohon berukuran sedang hingga besar, tingginya 20-40 m
dengan gemang mencapai 1,5-2 m. Tajuk lebat berbentuk kubah,
menggugurkan daun. Pepagan berwarna abu-abu kecoklatan, sedikit
pecah-pecah membujur halus.
Pemanfaatan
Sonokeling terutama dimanfaatkan kayunya, yang memiliki pola-pola
yang indah, ungu bercoret-coret hitam, atau hitam keunguan berbelang
dengan coklat kemerahan. Kayu ini biasa digunakan untuk membuat mebel,
almari, serta aneka perabotan rumah berkelas tinggi. Venirnya
yang bernilai dekoratif digunakan untuk melapisi permukaan kayu lapis
mahal. Karena sifatnya yang baik, kayu sonokeling juga sering digunakan
untuk membuat barang ukiran dan pahatan, barang bubutan, alat-alat musik
dan olahraga, serta perabot kayu bengkok seperti gagang payung, tongkat
jalan dan lain-lain.
Kayu ini juga kuat dan awet, sehingga tidak jarang digunakan dalam
konstruksi seperti untuk kusen, pintu dan jendela, serta untuk membuat
gerbong kereta api. Atau untuk peralatan seperti gagang kapak, palu, bajak dan garu, serta untuk mesin-mesin giling-gilas. Selain itu, sonokeling dipakai pula dalam pembuatan lantai parket.
Sonokeling merupakan salah satu tanaman agroforestri yang populer di Indonesia. Pohon ini ditanam dalam sistem tumpangsari, diselingi dengan aneka tanaman pangan seperti padi ladang, jagung, ubi kayu, atau kacang-kacangan. Sonokeling juga menjadi pohon penyusun wanatani, bercampur dengan mangga, nangka, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Daun-daun sonokeling dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk hijau. Perakaran sonokeling bersifat mengikat nitrogen, dan dengan demikian dapat memperbaiki kesuburan tanah.
Nilainya yang tinggi telah mendorong pemanenan yang berlebihan,
sehingga populasi alami pohon ini menghadapi kepunahan. Oleh sebab itu,
sejak 1998 Badan Konservasi Dunia IUCN telah memasukkan Dalbergia latifolia ke dalam kategori Rentan (VU, vulnerable).
Sifat-sifat kayu
Sonokeling tergolong ke dalam kayu keras dengan bobot sedang hingga berat. Berat jenisnya
antara 0,77-0,86 pada kadar air sekitar 15%. Teksturnya cukup halus,
dengan arah serat lurus dan kadang kala berombak. Kayu ini juga awet;
tahan terhadap serangan rayap kayu kering dan sangat tahan terhadap jamur pembusuk kayu.
Kayu terasnya berwarna coklat agak lembayung gelap, dengan
coreng-coreng coklat sangat gelap hingga hitam. Kayu gubal berwarna
keputih-putihan hingga kekuningan, 3-5 cm tebalnya, terbedakan dengan
jelas dari kayu teras.
Kayu sonokeling agak sukar dikerjakan dengan tangan, namun sangat
mudah dengan mesin. Kayu ini dapat diserut sehingga permukaannya licin;
dan dapat pula dikupas dan diiris untuk membuat venir dekoratif. Kayu
ini juga dapat dibubut, disekerup dan dipelitur dengan hasil yang baik.
Namun, kayu ini sukar diberi bahan pengawet.
Pustaka :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sonokeling